Minggu, 07 November 2010

Ungkapan Sang Bijak

"kini telah tergaris pesan-pesan sejarah klasik
narasi penanti teriris dengan perih yang takberujung
apakah mungkin ini adalah garisan takdir yang patut ku diami
jika ia, biarkanlah ku bersanding dengan sang waktu...

"terenyuh rasanya saat semua ini telah sirna terhapus masa
namun apalah daya jika dia telah berpaling dari nilai kebenaran
mugkin sakit untuk ku renungi
mungkin sulit jika masih saja ku bijaki....

"adakah harapan itu untuk ku tembus melawan badai keperihan
adakah lorong yang bisa ku lewati saat ini terbatasi oleh serpihan sejarah
rasanya hanya langkah dan waktu yang mungkin arif untuk menjawab semua ini
sebab keyakinan ini, hukum kausal itu akan selalu bercanda gurau dengan Alam...

Antara Harapan, Kenyataan dan khayalan

"Benih harapan itu tertanam di tanah yan kering kerontang
sulit untuk diterka kala yang tersaji hanyalah kodrat yang perih untuk di kisahkan
pupus sudah yang tehidangkan bila melodi itu tak terdengar lagi dalam lantunan narasi hidup
ini memang seni saat air mata yang jatuh bergelimang bagaikan hujan yang tak terbendung

"kukuruyuk....!!!! yah...suara ayam itu terdengar gersang tak seperti yang dahulu saat kau masi tersenyum manis
terompet pagi menyambut fajar semakin pelan bersenandung dalam irama jejak penanti
sungguh mengerihkan bila saja harapan itu tak kembali bersanding denganku
ingin menoleh dan menelaah serpihan-serpihan luka yang berjatuhan tak tersusun

"tahta teristimewa yang kau tempatkan kini berkeriput dalam kenangan dan tulisan sejarah
seraya serentak berkata "adakah samudera yang mampu ku sebrangi tanpa gelombang yang menamparku?
hmmm.. yah memang benar resonansi waktu itu telah bijak dan jelih dalam menghukum dan menghardik diri ini
sekian yang patut ku diami, bahwa ini adalah garisan skenario sang kebenaran di atas kebenaran sejati

Ternate, 7 November 2010